Ekonomi Islam sebagai Solusi Jalan Tegah Sosialis-Kapitalis
Barangkali
sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa kapitalisme dan sosialisme sebagai dua
ideologi dalam ekonomi. Kedua ideologi ini tampak memberikan pengaruh yang luar
biasa terhadap pertumbuhan dan berkembangnya ekonomi negara – negara besar. Mencoba
memetakan negara penganut paham ideologi sosialisme, maka akan ditemui negara –
negara besar seperti China dan Russia sebagai kiblat. Sosialisme sendiri lebih
mengedepankan kesetaraan antar satu individu yang dalam hal ini diwujudkan
dengan adanya peran pemerintah dalam mengatur jalannya perekonomian negara.
Dengan adanya campur tangan pemerintah dalam mengatur perekonomian, maka
diharapkan akan adanya persebaran ekonomi yang merata.[1]
Bergeser dari idielogi sebelumnya, setidaknya ada nama Amerika Serikat dan sebagian
negara Eropa yang berhasil menggunakan kapitalisme sebagai ideologi ekonominya.
Mereka berhasil memajukan perekonomian negaranya dengan menciptakan banyak
lapangan pekerjaan yang tidak terikat dengan aturan pemerintah. Berdiri
sendirinya perekonomian ini dikelola oleh pihak swasta dan tanpa adanya campur
tangan pemerintah sehingga dapat menciptakan pasar yang bebas dalam melakukan
transaksi jual beli[2].
Lebih jauh lagi ketika pasar bebas hadir di tengah – tengah maraknya kebutuhan
dan juga penumbuhan perekonomian suatu negara, maka pasar bebas telah menjadi
tempat yang paling berpengaruh dalam berputarnya roda ekonomi negara mereka.
Dengan jumlah tren konsumtif yang besar, maka pasar bebas memberikan tempat
yang menjajikan.
Terlepas
dari pembahasan seputar persebaran kedua ideologi serta doktrin yang dianut,
tentu masing masing memiliki tren positf dan juga negatif atas gagasan yang
dijalankan. Berangkat dari salah satu dampat negatif yang dihasilkan oleh
kapitalisme adalah adanya praktek monopoli. Perilaku semacam ini tidak lain dan
tidak bukan merupakan salah satu bentuk dar gagasan kemandirian ekonomi tanpa
adanya campur tangan pemerintah. Hal ini dapat dlihat dengan adanya hukum rimba
yang berkembang dengan liar, sehingga dapat menambah kerenggangan antara si
kaya dan kaum bapa[3].
Namun hal ini ditolak oleh sebagian kalangan yang berargumen bahwa kapitalisme
bukanlah perenggang kasta sosial, melainkan hal tersebut hanyalah mitos dan
kesalahpahaman dengan menutup diri terhadap pengetahuan kapitalisme, melankan
kapitalisme berdiri atas individualisme yang dewasa.[4] Pada saat munculnya praktik monopoli seperti
inilah, dirasa perlu untuk menghadirkan peran pemerintah dalam mengatur
perekonomian, dan hal yang seperti ini yang menjadi salah satu keunggulan dari
ideologi sosialisme. Lantas bukan berarti sosialisme lebih baik dari pada
kapitalisme, melainkan akan menjadi lebih bijak ketika keduanya dipertemukan
dan diambil jalan tengahnya. Disinilah peran yang dibutuhkan dengan kehadiran
ekonomi islam, yang secara tegas melarang pratik monopoli namun tidak juga
tidak dapat membenarkan sosiolisme secara mutlak. Penyatuan di antara keduanya
diharapkan dapat menemukan sisi positif yang dinamis sehingga dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu dalam melakukan terobosannya,
ekonomi islam sendiri tidak dapat terlepas dari unsur ekonomi dan politik, dan
faktor masalah utama dua unsur tersebut adalah kebodohan dan kemiskinan. Dengan
demikian, kiranya perlu mengahadirkan kajian seputar problem ekonomi islam
sebagai terobosan baru. Wallu A’lamu Bial Showab
[1] Muhammad
Tho’in. Konsep Ekonomi Islam Jalan Tengah (Kapitalis- Sosials). Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam. Vol. 1, No. 03. 2015. Hal. 126
[2] Ibid.,
Hal 124
[3]. Ibid.,
Hal 124
[4] https://suarakebebasan.id/kenyataan-dan-dampak-positif-kapitalisme/
diakses pada05 Januari 2021 pada 12.58 WIB.
Komentar
Posting Komentar